Potret Kebesaran Jiwa

Ibnu Hazm -rahimahullah- mengatakan:

“Tak ada yang lebih berat bagiku dari sebuah pengkhianatan. Namun sungguh, aku tak pernah membiarkan diriku berfikir untuk mencelakai seseorang yang pernah bersalah padaku, sebesar apapun kesalahan dan dosanya tersebut.”

(Rasaail Ibnu Hazm: 1/210)

Catatan:

Pemilik jiwa besar akan memilih memberi maaf saat ia mampu melampiaskan amarah.
Tak heran bila surga seluas langit dan bumi dijanjikan Allah untuk mereka.

Allah azza wa jalla berfirman:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ. الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.

Artinya:

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

(QS: Ali Imran: 133-134)

____________
Ust Aan Chandra Thalib El-Gharantaly

Malu Bertanya Sesat di Angkot

Hari Rabu minggu kemarin, saya harus ngambil token di Bandara Halim. Biasanya kalo kesana dianterin, nah pada kesempatan kali ini saya harus naik kendaraan umum karena gak bisa nyetir sendiri. wekekek. Berbekal salah satu blog  yang berisi cara murah ke Bandara Halim, dengan PD-nya saya berangkat. Untuk menuju kesana, saya harus naik angkot T-11 lalu turun di depan PGC, lalu saya nyebrang dan naik angkot Trans Halim. Gak nanya-nanya langsung aja duduk manis di dalam angkot, gak lama kemudian abang angkotnya capcus. 15 menit perjalanan, saya melihat ada tanda panah Bandara Halim 500 m. Langsung minta turun. Saya kira tinggal jalan bentar lagi nih ke bandaranya tapi kok gak nyampe-nyampe ya. Akhirnya nanya ama ibu-ibu di jalan, “bu Bandara Halim dimana ya?” kata saya. “Lah masih jauh mbak, mbak naik angkot lagi, tunggu di seberang jalan deh, paling juga 3 ribu” jawab Ibu-ibu di jalan. “haaa… berarti tadi saya salah naik angkot. Ok.. makasi banyak bu” kata gw. Akhirnya gw naik angkot lagi dan 10 menit kemudian sampailah di depan gerbang keluar Bandara Halim. Pfiuhh…akhirnyaaaa.

Pulangnya kan udah malem tuh jam 18:45. Saya nunggu angkot di tempat dimana tadi turun, saya yakin kalo tadi diturunin di seberang berarti untuk pulang saya gak perlu nyebrang lagi. Angkot Trans halim pun datang, dengan PD-nya saya langsung naik dan duduk manis. Tapi kok gak lewat jalan yang tadi saya lewati ya. ini kemanaaa?. Yaudah mungkin ini emang jalur pulangnya kali. Tapi setelah 30 menit berlalu, saya yakin 100% bahwa saya salah naik angkot lagi. hahaha. Berhubung kalo tiba-tiba turun jalanannya sepi dan gelap, yaudah saya ikut abangnya sampai terminal. Alangkah rempongnya diriku ini karena tersesat sampai lubang buaya. wekekek. Akhirnya saya dianterin lagi sama abang angkotnya ke depan PGC. Ternyata angkot Trans Halim itu ada nomer-nomernya dan setiap nomer beda jalur. Tulisannya itu kecil banget dan saya gak nyadar. Hahaha. Harusnya saya nanya dulu sebelum naik angkot.

Pelajaran penting untuk orang yang gak pernah apal jalan seperti saya adalah BERTANYALAH… BERTANYALAH… Bertanya itu lebih baik daripada tidak bertanya. Bagai air di daun talas, malu bertanya sesat di jalan ..(kaga nyambung).

Membalas Jasa Ibu

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata,

“Ibu lebih diutamakan karena keletihan, curahan perhatian dan pengabdiannya. Terutama di saat hamil, melahirkan, menyusui dan mendidik anak hingga dewasa..” (Syarh Shahih Muslim)

Mampukah kita membalas jasa ibu..?

A. Tidak, Walau Satu Helaan Napas.

Tatkala ada seorang penduduk Yaman thawaf di sekitar ka’bah sembari menggendong ibu di punggungnya.
Lalu orang itu bertanya,
“Wahai Ibnu Umar apakah aku telah membalas budi ibu…?”

Ibnu Umar menjawab,

لاَ وَلاَ بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ
“Belum, walau satu helaan nafas ibumu saat melahirkanmu..” (Shahih, al-Adabul Mufrad: 11 al-Bukhari)

B. Bebaskan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لاَ يَجْزِى وَلَدٌ وَالِدَهُ إِلاَّ أَنْ يَجِدَهُ مَمْلُوْكًا فَيَشْتَرِيَهُ فَيُعْتِقَهُ

“Seorang anak tidak akan mampu membalas jasa kedua orang tuanya kecuali bila ia mendapatkan orang tua dalam keadaan menjadi budak, kemudian ia membelinya dan membebaskan..”
(Shahih, al-Adabul Mufrad: 10 al-Bukhari, Irwa’ul Ghalil: 1737 Al-Albani)

Saat ini, kita..
Tidak menggendong, tidak pula membebaskan ibunda dari perbudakan.

Yang ada…
Kerap dititipi mengasuh cucu, menjaga rumah, dan tambahan pekerjaan lainnya..

Bila pun Bila kita tak mampu membuat ibu tertawa, maka jangan jadikan hatinya terluka…

@sahabatilmu

Manfaatkanlah

Manfaatkanlah kesempatan hidupmu,
barangsiapa yang mati, maka terputuslah amalannya, cita-citanya terluputkan
dan pasti akan datang penyesalan

Manfaatkanlah kesehatanmu,
barangsiapa yang sakit, maka ia tidak kuat untuk melakukan banyak amal kebajikan
lalu ia berangan-angan seandainya ia di masa sehatnya sholat dan puasa

Manfaatkanlah waktu luangmu
sebelum engkau dikejutkan dengan berbagai macam kesibukan,
kau disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari

Manfaatkanlah masa mudamu sebelum engkau tua,
maka beratlah tubuhmu, anggota-anggota tubuhmu tidak kuat lagi

Manfaatkanlah masa kayamu,
bersedekahlah, berinfaklah, keluarkanlah hartamu
sebelum engkau kehilangan hartamu atau hartamu pergi meninggalkanmu

Seluruh kesempatan adalah manfaat,
bagaimanapun kecilnya kesempatan tersebut dalam pandanganmu, maka itu adalah keuntungan.
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):
“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sedikitpun meskipun hanya bertemu dengan saudaramu dengan wajah tersenyum”

Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda (yang artinya):
“Jagalah dirimu dari api neraka meskipun dengan bersedekah sepenggal butir kurma, dan barangsiapa yang tidak memiliki sesuatu untuk disedekahkan maka bersedekahlah dengan ucapan yang baik” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Beliau juga bersabda (yang artinya):
“Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan suatu perkataan yang diridhoi Allah, ia tidak memperdulikan perkataan tersebut, maka Allah mengangkatnya beberapa derajat karena kalimat tersebut” (HR Al-Bukhari)

Demikianlah kondisi seorang muslim, ia selalu memanfaatkan segala kesempatan untuk memberi bagaimanapun kecilnya, ia berusaha semaksimal mungkin meskipun pemberian tersebut sedikit.

Dinukil dari tulisan Ustadz Firanda Andirja, MA

Tersenyumlah

Tersenyumlah 🙂 walau semua tak seindah yang kau lukiskan

Sahabat ….
Kita boleh berhitung soal apa saja…
tapi tidak soal takdir

Tersenyumlah…
Karena rizkimu tidak akan dimakan orang lain
Jodohmupun tidak akan tertukar

Di akhirat kelak, engkau hanya akan ditanyakan tentang amalmu,
bukan tentang apa yang diamalkan orang lain

Tersenyumlah..
Walau semua tak seindah yang kau lukiskan.

Jika hari ini engkau tak bisa menjadi seperti yang kau inginkan,
maka yakinilah..
bahwa engkau hanya berpindah dari satu takdir ke takdir yang lain

Jalanilah hari ini dengan amal-amal terbaik

Tak perlu cemas untuk esok yang belum kau lalui..
Cukup tuliskan saja semua rencana esokmu itu dengan azam (tekad/kemauan) yang kuat

Namun ingat !!
Di ujung semua goresan rencana itu,
ada pena yang telah diangkat dan lembaran-lembaran takdir yang sudah mengering

Ditulis oleh Ustadz Aan Chandra Thalib